Tu Ajung Jayaningrat, salah satu mahasiswa jurusan desain interior yang berprestasi dalam menyelesaikan kuliahnya, masuk thn 1998 tamat tahun 2005, (lumayan lama)
sekarang TuJung sudah menyelesaikan kuliahnya dan sudah menjadi seorang desainer interior kawakan, namun sayang bodynya sekarang sudah kaya be buntalan.
Mahasiswa satu ini lah yang mengajarkan ku untuk selalu membolos kuliah dahulu, karena kepolosan dan keluguan ku akhirnya aku terjebak di lingkar gelap dengan nya, akupun jadi lama menyelesaikan studi ku.....
KKN (Kuliah Kerja Nyata) Periode II Tahun 2004, kami mendapatkan lokasi di desa Belok Sidan Petang desa ..(lupa)..
Anggota KKN
- Umbu
- Adi
- Habib
- Suastika
- Irwan
- Erwin
- Wija
- Resty
- Eka
- Kunyit
- lupa
- Hana
Kalau ada temen kkn ku yang kebetulan menemukan halaman ini, harap comment ya dibawah, dan tinggal kan email atau no telp yang bisa di hubungi...
salam
---Kordes kalian---
banyak hal kita lalui di ruang kelas kampus ini, dari ruang yang bocor saat ujan, toilet yang berbau pesing karena tidak ada air yang mengalir kita kuliah selalu menghirup pesingnya kencing kalian.
tapi di ruang-ruang kelas inilah kalian di hasilkan, untuk menjadi sesorang
Rekaman Wisudawan Thn 2003 PSSRD Udayana Bali
Sumber : www.thechoirconcert.com
Program Studi Seni Rupa dan Desain (PSSRD) Unud kata mantan ketua Prof. Drs. AA Rai Kalam didampingi Ketua PSSRD Drs. Nyoman Sukaya, merupakan program studi antar (setingkat) fakultas di lingkungan Unud. PSSRD merupakan salah satu program studi unggulan yang berkaitan dengan pola ilmiah pokok Unud yaitu ''kebudayaan''. Dalam sejarahnya, PSSRD merupakan salah satu jurusan yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik Unud. Karena dalam pendirian satu fakultas minimal ada dua jurusan maka dibuka juga jurusan arsitektur di Fakultas Teknik Unud yang berdiri pada 1 Oktober 1965.
Yang memprakarsai berdirinya Jurusan Seni Rupa dan Arsitektur di FT Unud adalah Prof. Dr. Ida Bagus Mantra (mantan gubernur Bali), Drs. Soedarminto dan Prof. dr. R. Moerdowo (FK Unud), serta Ir. I Gusti Ngurah Jelantik. Setelah lama ditunggu, surat Keputusan Presiden No. 33/2003 tertanggal 26 Mei 2003 tentang pembentukan ISI pun keluar. Akhirnya, mulai Senin (28/7) ini STSI dan PSSRD Unud resmi ''kawin'' menjadi ISI Denpasar.
ISI Denpasar akan memiliki dua fakultas yakni Fakultas Seni Pertunjukan dan Fakultas Seni Rupa dan Desain. Fakultas Seni Pertunjukan di dalamnya terdapat jurusan tari, karawitan dan pedalangan. Sedangkan PS Fotografi yang merupakan embrionya media rekaman untuk sementara masih berada di bawah Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Penggabungan dua lembaga itu kata Rai Kalam, diharapkan menjadi pusat pengembangan kebudayaan di kawasan tengah dan timur Indonesia. Dengan meningkatnya status menjadi ISI, kata Rai S diharapkan lembaga ini dapat menjadi pusat unggulan dalam penciptaan seni, pusat pengkajian dan dokumentasi.
Lama ditunggu-tunggu, akhirnya Bali memiliki Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Hasil ''perkawinan'' antara STSI Denpasar dan PSSRD Unud itu diharapkan menjadi pusat pengembangan kebudayaan di kawasan tengah dan timur Indonesia. Senin (28/7) ini, Mendiknas Malik Fadjar meresmikan ISI yang kedua di Indonesia itu.
Bagaimana sejarah lahirnya ISI Denpasar?
STSI Denpasar semula bernama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). ASTI didirikan Pemprop Bali, Sabtu Keliwon, Wuku Landep, 28 Januari 1967, atas prakarsa Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya).
Prof. Dr. Wayan Mertha Sutedja tercatat sebagai Direktur ASTI pertama, masa bakti 1967-1981. Disusul Prof. Dr. Made Bandem 1981-1988. Pendirian ASTI Denpasar dilandasi pola dasar kebijaksanaan untuk mempertahankan, menggali, membina dan mengembangkan kebudayaan Bali.
Pendirian lembaga itu kata Ketua STSI Denpasar Dr. Wayan Rai S, M.A. didampingi PK I Drs. Ketut Murdana, M.Sn. tak lepas dari kekhawatiran punahnya kesenian Bali akibat adanya interaksi kebudayaan dan teknologi. Karena itu perlu diadakan pendidikan kesenian bagi generasi muda sebagai pewaris dan penyelamat kebudayaan bangsa.
Setelah dua tahun melaksanakan kegiatan, ASTI Denpasar menerima status penegerian dari Depdiknas. Dengan surat Keputusan No. 066/1969, 17 Agustus 1969, ASTI Denpasar dinyatakan sebagai jurusan dari ASTI Yogyakarta. Selama delapan tahun melaksanakan pendidikan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, sejak 1976 pengelolaan ASTI ditangani Direktorat Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan. Pembinaan diarahkan pada pembentukan Institut Seni Indonesia (ISI) bersama dengan akademi-akademi kesenian lainnya di Indonesia.
Setelah itu keputusan Mendiknas No. 0445/0/1988 pun keluar, ASTI Denpasar segera ditingkatkan statusnya menjadi STSI Denpasar. Prof. Made Bandem tercatat sebagai ketua pertama STSI. Lanjut digantikan Prof. Dr. Wayan Dibia, SST, M.A. (1998-2002) dan Dr. Wayan Rai S, M.A.
sumber: BaliPost
www.iloveblue.com
Foto di jepret by:
Devina Dona